Berita Reportase
19.53Derasnya arus modernisasi dan perkembangan teknologi informasi mulai berkembang pesat, mempengaruhi kehidupan Baduy yang terkenal sebagai salah satu komunitas masyarakat sub-etnis, yang memiliki pola isolasi terhadap dunia luar dan ketaatan atas istiadat dalam kehidupannya.
Apa yang terjadi di Baduy bisa mewakili refleksi potret bangsa Indonesia yang harus ikut terseret ke dalam arus zaman yang semakin cepat bergerak, melahirkan peluang maupun problematika yang tidak sekedar cukup menjadi wacana namun juga mengambil tindakan.
Maka dari itu, hari Rabu (6/4) Kompas.com membuat sebuah acara yang bertemakan Gerakan Rayakan Perbedaan yang diprakarsai oleh Andy Budiman, bertempat di Bentara Budaya Jakarta. Acara tersebut sangat kental dengan kebudayaan Baduy. Andy Budiman mempunyai alasan tersendiri mengapa memilih suku Baduy.
“Baduy itu punya keunikan sendiri, salah satunya tertutup oleh modernisasi. Dan juga prinsip hidup yang dipegang teguh oleh mereka, hidup tidak boleh berlebihan,” tutur Andy Budiman, Rabu (6/4) malam.
Sekitar pukul 20.20 WIB, acara tersebut dibuka dengan 16 orang Baduy memainkan angklung buhun dengan formasi seperti ular. Mereka mengelilingi tempat acara sebanyak tiga kali. Itu biasa mereka lakukan sebagai ritual menjelang penanaman padi.
Tiga orang penting dalam suku Baduy masuk ke dalam panggung. Kang Sarpin sebagai seorang penggiat literasi baduy. Ibu Misnah orang yang mengadakan alat tenun untuk orang-orang Baduy. Dan Pak Rosadin, pemain angklung. Mereka bercerita satu persatu.
Setelah itu, seniman Jodhi Yudono mencoba bercerita tentang keadaan Baduy saat ini lewat alunan musik. Ada juga permain musik lainnya yang ikut tampil, yaitu Tlaga Swara dan Balaraja.
Bukan hanya pegalaran musik yang disuguhkan oleh acara ini, tetapi juga terdapat pameran seni barang-barang yang berasal dari Baduy. Barang tersebut berasal dari para kolektor yang meminjamkannya untuk acara ini. Salah satunya Heryus Saputro.
“Saya sudah tinggal 17 tahun tinggal bersama dengan suku Baduy.” Heryus Saputro menunjuk ke dalam kaca. “Barang-barang ini saya dapatkan dari mereka. Ada yang beli sendiri, dan ada yang juga minta,” kata Heryus saat di wawancara. Koleksi yang dimiliki diantaranya : Fosil Kayu, Peso Baduy, Panutug Kayu, Penjepit Bara, dan Labu Botol.








0 komentar